Beralih Ke Blended Tea

Daily writing prompt
What is your favorite drink?

Setelah setahun bekerja, saya menjadi pendukung Bapak Budi Sadikin. Semuanya yang diomongkan benar dan terjadi kepada saya. Alih-alih membutuhkan kopi untuk ide, saya butuh teh untuk menenangkan diri dari dendam kesumat.

Dan mulailah perjalanan saya menemukan bermacam jenis teh yang punya penggemarnya sendiri. Selama ini yang saya tahu teh itu hanya terbagi menjadi dua, teh biasa dan teh hijau. Teh oolong mungkin masuk teh biasa dengan rasa agak berbeda. Awal menemukan jenis-jenis teh ini saya merasa lelah banget dicekokin data yang selama ini tentang kopi, dari mulai jenis, cara membuatnya, lalu sekarang teh. Nggak deh. Saya malas membaca, minum aja cukup. Tapi akhirnya saya mencari tahu karena…… takjub.

Saya datang ke galeri teh di Malang. Sebuah galeri teh kecil bernama Bird Tea Gallery, dengan review harga yang masih bersahabat lah menurut saya. Satu cangkir sekitar Rp. 40.000. Saya kesana berdua dengan anak lanang dan untuk dua orang saya menghabiskan uang sekitar Rp.200.000. Kalau beli satu box teh racik mereka mungkin akan jadi Rp.300.000, lalu beli kombucha mereka, lalu dan seterusnya. Haha! Emang bikin addicted sih. Harga bersahabat sekali dengan mutu yang baik menurut saya.

Balik lagi ke jenis teh. Mereka menawarkan satu paket icip-icip yang menyuguhkan empat jenis teh basic yaitu black tea, oolong tea, green tea, white tea. Makin white makin tinggi kafein. Dari empat jenis teh ini mereka meraciknya dengan bahan lain. Yang paling favorit menurut mereka adalah racikan “sweet memories” yang rasanya fruity, tapi menurut saya Rhapsody is the best. Campurannya bisa 11 bahan dan rasa rempah, wangi, fruity, sweet, tangy nyampur dengan nikmat dan MENENANGKAN. Menenangkan is the final goal.

Seminggu sekali saya pergi kesana nge-teh dengan anak lanang, bersantai, sampai akhirnya saya punya ide apakah ini tidak terlalu mahal? Lalu saya mencari alternatif untuk beli teh di galeri teh lain yang harganya tidak sampai setengahnya. Yaps. Justru jadi kemahalan. Dengan harga Rp. 33.000 dapat blended tea 1 box, dan saat diminum, ya lebih baik beli teh sariwangi biasa. Memang ada harga ada value.

Teh inilah yang membuat saya mempertanyakan, apa value saya saat saya dibayar untuk bekerja. Mereka membayar saya 50% dari pekerja tamu, dengan hasil kerja yang sama. Mungkin setelah menulis ini saya hanya akan fokus untuk terus menambah value dan resign dari sini. Untuk saya yang lebih baik dan untuk perusahaan yang mau menerima saya yang sudah bekerja dengan baik dengan pertambahan value yang lebih daripada yang lain.

Sekian amarah saya. No more tears, no more grudge. I will find myself better.